Khutbah Jum’at: Krisis Teladan Di Akhir Zaman

User avatar placeholder
Written by Hamam Abidin

3 October, 2024

Ma’asyiral muslimin, saat ini kita berada di bulan rabiu’ul awal bulan kelahiran Rasulullah terlahir di dunia, barang kali saat yang tepat bagi kita merefleksikan kehidupan kita dengan seluruh kehidupan Rasulullah.

Ada ayat yang menegaskan alasan mengapa kita perlu dan harus melakukan itu:

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat serta yang banyak mengingat Allah. (QS: Al Ahzab 21)

Imam Ibnu Katsir dalam kitab Tafsirul qur’anil adzim bertutur: ayat ini menjadi landasan penting untuk mentaati Rasulullah dalam perkataan, perbuatan dan setiap keadaannya. Oleh karena itu manusia diperintahkan untuk meneladani Nabi ﷺ pada peristiwa perang Ahzab dalam hal kesabaran, ketekunan dan keteguhan, perjuangan dan  keyakinannya menantikan pertolongan Allah.

Ayat ini turun pada peristiwa perang ahzab, Dimana kaum muslimin yang saat itu sudah berhijrah dan bersatu di Madinah, di kepung oleh aliansi berbagai suku arab yang di pelopori oleh musyrikin Quraisy dari Makkah, dan anggotanya dari berbagai kabilah di Thaif, suku ghatafan dari Najed, dan dibantu oleh sekutu Madinah yang berkhianat yaitu kabilah yahudi bani Quraidzah, keseluruhan pasukan ini berjumlah 10.000 sementara penduduk Madinah saat itu kurang lebih 3.000 termasuk orang tua, anak-anak dan Wanita.

Dengan kondisi seperti itu untuk perang head to head (berhadap-hadapan) sangat merugikan kaum muslimin, oleh sebab itu nabi memilih strategi yang diusulkan salman alfarisi dengan membuat khandaq sedalam 3 meter, yang berasal dari Bahasa Persia berarti parit ini strategi dari bangsa persia. Benteng pertahanan kebawah ini tidak pernah dijumpai dalam tradisi peperangan di arab, jadi sangat efektif membendung pasukan aliansi kabilah-kabilah arab yang tak punya pengalaman menghadapi khandaq.

Meski benteng pertahanan tak mampu di tembus oleh musuh, kaum muslimin tetap menderita oleh kepungan musuh selama 27 hari, terutama kelaparan karena suplay makanan yang biasanya di import dari luar Madinah tidak bisa masuk. Belum lagi tekanan mental yang dirasakan kaum muslimin, jadi saat-saat penderitaan itu, Allah menguatkan kaum muslimin untuk tegar dan meneladani Rasulullah. Bagaimana beliau tetap sabar, tegar dan teguh menghadapi ujian ini.

Ma’asyiral muslimin.

Hari ini, bangsa ini sedang dilanda krisis keteladanan atas 2 hal.

  1. Krisis teladan kepemimpinan. Kita lihat atau mendengar tentang apa yang sedang riuh di negri kita tercinta ini tetang para pemimpin yang menampilkan teladan yang buruk, maraknya penyalah-gunaan kekuasaan, korupsi, kolusi, nepotisme, tutur kata yang tak pantas dan lainnya.

Ketika seorang pemimpin memberikan teladan yang buruk, maka membawa angin segar bagi pejabat-pejabatnya untuk melakukan hal yang serupa.

Seorang pemimpin itu setiap tindak-tanduknya akan selalu membawa nilai, dan nilai itu yang akan diikuti digugu dan ditiru oleh orang yang dibawahnya.

Maasyiral muslimin,

Dalam ayat [ لقد كان لكم في رسول الله….. ] terdapat kata [لقد] dalam kaidah nahwu hal itu berma’na penegasan terhadap kabar yang disampaikan setelahnya.

Kita sebagai seorang muslim dalam hal apapun kita harus meneladani beliau, dalam hal kepemimpinan misalnya:

Ada kisah yang sangat menarik,

Ada seorang Wanita terpandang dari bani makhzum, (dimakkah ada 2 kabilah yang paling disegani 1. Bani Hasyim 2. Bani Makhzum) Wanita ini mencuri, dan secara syariat hukumannya adalah potong tangan. Maka orang-orang dari bani Makhzum perusaha melobi agar hukumannya diringankan, mereka tidak berani berhadapan dengan Rasulullah yang jelas tidak bisa di nego. Maka mereka mencari orang yang dekat dengan Rasulullah, di sayangi Rasulullah. Maka mereka mendapatkan Usamah bin Zaid, anak dari putra angkatnya Zaid bin Al Haritsah. Usamah pun melobi Rasulullah agar meringankan hukumannya dari potong tangan.

“Apakah Engkau memberi syafa’at (pertolongan) berkaitan dengan hukum Allah?’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berdiri dan berkhutbah, ‘Wahai manusia, sesungguhnya yang membinasakan orang-orang sebelum kalian adalah jika ada orang yang mulia (memiliki kedudukan) di antara mereka yang mencuri, maka mereka biarkan (tidak dihukum), namun jika yang mencuri adalah orang yang lemah (rakyat biasa), maka mereka menegakkan hukum atas orang tersebut. Demi Allah, sungguh jika Fatimah binti Muhammad mencuri, aku sendiri yang akan memotong tangannya’ (HR. Bukhari no. 6788 dan Muslim no. 1688).

Kasus lobi-lobi hukum semacam ini sangat kental dalam budaya kita, suap menyuap, gravitasi, orang dalam dan semacamnya. Tetapi sebagai seorang pemimpin seharusnya tahan terhadap godaan semacam ini, meneladani akhlak Rasulullah, teguh dan menegakkan hukum seadil-adilnya.

Dalam menggapai Negeri yang Makmur, dalam Al Quran Visi ini disebut Baldatun Thoyyibatun Wa rabbun Ghafur, Negri yang selaras prestasi dunia dan akhiratnya. Atau dalam visi kenegaraan Indonesia emas 2045, kunci utamanya adalah pemimpin yang adil dan jujur. Dan itu tidak bisa jika tidak meneladani akhlak Rasulullah.

Kepemimpinan itu silih berganti, hari ini orang lain, lain hari bisa jadi kita. Saat kita yang jadi pemimpin bisakah kita meneladai akhlak Rasulullah? Menjadi pemimpin benar dan jujur?

Krisis teladan kepemimpinan ini tidak hanya pemerintah, tetapi pemimpin secara umum sebagai mana sabda Nabi

 أَلَا كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالْإِمَامُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى أَهْلِ بَيْتِ زَوْجِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ وَعَبْدُ الرَّجُلِ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ أَلَا فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “ketahuilah Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya atas yang di pimpin, penguasa yang memimpin rakyat banyak dia akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya, setiap kepala keluarga adalah pemimpin anggota keluarganya dan dia dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya, dan isteri pemimpin terhadap keluarga rumah suaminya dan juga anak-anaknya, dan dia akan dimintai pertanggungjawabannya terhadap mereka, dan budak seseorang juga pemimpin terhadap harta tuannya dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadapnya, ketahuilah, setiap kalian adalah bertanggung jawab atas yang dipimpinnya.” (HR: Bukhari)

Di level pemerintahan ada Presiden, Menteri, Gubernur, Bupati, Camat, Kades, RW, RT. Di level pekerjaan ada, direktur, manager, mandor Di level keluarga ada disebut ayah/suami dan lainnya.

Krisis ke 2.

  • Krisis Keteladanan Ayah

Ada fenomena yang begitu massif terjadi pada generasi muda saat ini, Namanya Fatherless, Generasi yang tak mendapat keteladanan dari sosok ayahnya. Generasi muda saat ini banyak yang lahir ditengah kehadiran ayah ibunya, tapi prosesnya bertumbuh dewasa kehilangan sosok ayahnya walaupun wujudnya ada.

Ayah yang hidup bersamanya tak menjadi figure yang diseganinya, sang ayah tak menjadi sosok idolanya, tak menjadi sosok yang diikuti dan ditakutinya.

Ketika membicarakan tentang keluarga, sosok ayah selalu menjadi figure yang paling menyebalkan atau bahkan dibenci.

Padahal jika menilik Al Qur’an, Ayah digambarkan memilik hubungan yang begitu akrab dengan putra putrinya, bagaimana kedekatan nabi Ibrahim dengan Ismail, Nabi Ya’kum dengan putra-putranya, dan Luqman hakim dengan putranya.

Dan kekasih kita baginda Muhammad pernah bersabda:

خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِي

Sebaik-baik kalian adalah orang yang paling baik bagi keluarganya. Dan aku orang yang paling baik bagi keluargaku” (HR At Tirmidzi)

Lalu bagaimana meneladani rasulullah sebagai seorang ayah?

Keteladanan Rasulullah ditunjukkan dalam 2 hal.

Pertama: Pendidikan.

Rasulullah selalu memprioritaskan Pendidikan diatas segala hal, khususnya Pendidikan agama dan akhlak.

مَا نَحَلَ وَالِدٌ وَلَدًا مِنْ نَحْلٍ أَفْضَلَ مِنْ أَدَبٍ حَسَنٍ

“Tidak ada suatu pemberian seorang ayah kepada anaknya yang lebih utama daripada adab (akhlak) yang baik.” (HR Tirmidzi)

Rasulullah SAW bersabda: “Perintahkan anak-anakmu melaksanakan sholat sedang mereka berusia tujuh tahun dan pukullah mereka karena tinggal sholat sedang mereka berusia 10 tahun dan pisahkan antara mereka di tempat tidurnya.”

Jika kita meneliti sedikit lebih dalam, sebenarnya subjek/sosok yang diajak Rasulullah untuk terlibat aktif dalam pengasuhan/Pendidikan itu adalah para bapak/ayah. (Dalam istilah nahwu, dhomirnya itu selalu mudzakkar/ laki-laki)

Tetapi faktanya yang terjadi sebaliknya, hampir di belahan bumi manapun generasi muda sekarang banyak yang mengalami fatherless lantaran, sosok ayah kerap tidak hadir dalam proses Pendidikan anak.

Kedua: Keteladanan

Keterlibatan ayah dalam Pendidikan anak tak akan sempurna bilamana sosok ayahnya tak memberikan keteladanan.

Menyuruh anak shalat, tapi bapak tak shalat, menyuruh anak ke masjid tapi bapak tidak. Menyuruh anak ke TPA tapi orang tua tak pernah ngaji. Dan tak kalah berat lagi memberikan teladan kepada anak akhlaqul karimah.

Ma’asyiral muslimin

Rasulullah selalu menjadi orang yang pertama dalam melakukan kebaikan. Sebelum beliau memotivasi shalat berjamaah beliau sudah terlebih dahulu melakukannya.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ كَبُرَ مَقْتًا عِندَ ٱللَّهِ أَن تَقُولُوا۟ مَا لَا تَفْعَلُونَ

Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. (QS: As Shaff 2-3)

Wallahu ‘alam bish showwab.

Ma’asyiral muslimin yang dimulyakan Allah

Pada tahun 1978 seorang penulis Bernama Micheal H Hart, berdarah yahudi-Amerika dalam bukunya The 100: A Ranking of the Most Influential People in History  sebuah (100 Tokoh Yang Paling Berpengaruh Sepanjang Masa) menempatkan nama Muhammad di ranking pertama. Dia menganggap Rasulullah keberadaannya sangat berpengaruh, tidak hanya saat itu tetapi pengaruhnya terus melintasi zaman hingga kini.

Banyak orang yang bukan muslim mengagumi Rasulullah dan keteladanan nabi mempengaruhi kehidupan mereka, lalu mengapa kita yang muslim, Muhammad ﷺ adalah nabi kita, tidak bisa meneladani beliau?

Rasulullah adalah manusia terbaik, dan manusia yang meneladaninya menjadi ummat yang terbaik. Para salafus shalih menjadi ummat terbaik karena mereka mampu memotret akhlak, ibadah dan muamalah nabi menjadi akhlak ibadah dan muamalah mereka.

Saat kita mengalami krisis teladan kepemimpinan maka Rasulullah adalah teladan terbaik

Saat kita krisis Keteladanan seorang ayah, maka Rasulullah adalah teladan ayah terbaik untuk bisa kita tiru.


لْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

 اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ 

Image placeholder
Hai, saya Hamam admin Hamamisme.com dari dulu hobi menulis di blog sejak tahun 2008, dulu anak pesantren dan masih menjadi santri saat ini. Pekerjaan sebagai guru di Pesantren Tahfidz Riyadhus Shalihin, Indragiri Hulu, Riau.

Leave a Comment