Jangan Panggil Istrimu Dengan Namanya

Menikah tujuannya bukan enak-enakan saja, demikian nasihat ustadz Salim A Fillah, tetapi perjalanan panjang yang akan dihantam badai dan ombak, ikhlas berjuang bersama adalah konsekwensi dari akad “Qobiltu” baik lelaki peminang maupun wanita yang menganggukan tanda persetujuan komitmen menikah.

Tentu saja bahtera yang dinahkodai hanya berdua (lalu beserta anak-anaknya) ini perlu wawasan dan ilmu agar bahtera tetap kuat dan sukses berlayar hingga titik pelabuhan.

Diantaranya adalah nasihat-nasihat orang tua yang sudah berpengalaman menjaga bahtera tetap kukuh diantara gelombang samudera, kita mintai nasihat mereka dan kita ambil ibrahnya untuk jadi pelajaran. Kalau perlu todong mereka dengan pertanyaan-pertanyaan yang kerap jadi masalah suami-istri muda.

Diantara nasihat-nasihat ummi kepada saya yang paling ditekankan adalah kesabaran dalam menghadapi masalah, bersabar atas kesalahan istri/ suami, dan bijak dalam mengambil keputusan.

Dan satu hal lagi, kata beliau:

“Jangan panggil istrimu dengan namanya, itu berarti kamu tidak/ kurang menghormati dia sebagai istrimu”

Ummi tercinta
Jangan Panggil Istrimu Dengan Namanya

Maknanya, jika kamu menikah panggil dia dengan kehormatan atau kasih sayang, “Dik”, “Sayang” “Cintaku” dan lain sebagainya. Terlebih lagi bagi istri jangan sekalipun memanggil suami dengan namanya, panggil dia dengan kebanggannya, “Bang”, “Mas”, “Kakak”, “Sayang” dan lainnya.

Karena di salah satu sisi hidup rasulullah pun seorang yang romantis, memanggil istrinya dengan indah, kepada Sayidah A’isyah beliau kerap menyebut “Ya Humara…” “Wahai si Merah jambu…”

Detail kecil ini sangat disukai para wanita, jadi suami yang romantis itu membuat istri jatuh cinta lagi, itu bukan mitos…!

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top
Share via
Copy link